![]() |
| Raden Ayu Lasminingrat Seorang Pelopor Kesusastraan Sunda (ist/youtube/budaya saya) |
Pramuka.sch.id - Di balik setiap nama besar, selalu tersimpan kisah perjuangan dan inspirasi. Begitu pula dengan nama Lasminingrat, sosok perempuan pelopor pendidikan yang kini diabadikan sebagai nama Dewan Ambalan Putri Gerakan Pramuka MAN Manggarai Timur. Nama ini bukan sekadar sebutan, melainkan simbol semangat, kecerdasan, dan keberanian perempuan dalam menembus batas zaman.
Profil
dan Latar Belakang Lasminingrat
Lasminingrat, yang
lahir di Garut pada tahun 1854, merupakan putri dari Raden Haji Muhammad Musa,
seorang bangsawan dan ulama terpandang. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan
yang menghargai pendidikan. Tidak seperti kebanyakan perempuan di masanya,
Lasminingrat mendapat kesempatan untuk belajar membaca dan menulis dalam bahasa
Belanda. Dari sinilah kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan tumbuh dan kelak
menjadi modal penting perjuangannya di dunia pendidikan.
Sejarah
dan Kiprah Lasminingrat
Pada masa kolonial Belanda,
pendidikan bagi perempuan Indonesia masih sangat terbatas. Namun, Lasminingrat
berani tampil berbeda. Ia menjadi salah satu perempuan pribumi pertama yang
menulis dan menerjemahkan karya sastra Belanda ke dalam bahasa Sunda, agar
lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Melalui karya-karyanya, ia berusaha
menanamkan nilai moral, kecintaan pada ilmu, dan pentingnya peran perempuan
dalam kemajuan bangsa.
Tidak hanya itu,
Lasminingrat juga mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan di Garut — suatu
langkah berani yang mengguncang pandangan tradisional masyarakat kala itu. Ia
percaya bahwa perempuan yang terdidik akan menjadi ibu yang cerdas, mampu
mendidik generasi penerus bangsa dengan ilmu dan akhlak yang baik.
Semangat
Lasminingrat, Semangat Pramuka Putri MAN Manggarai Timur
Semangat Lasminingrat kini hidup kembali di hati Dewan Ambalan Putri MAN Manggarai Timur. Dalam setiap kegiatan kepramukaan — mulai dari baris-berbaris, bakti sosial, hingga kepemimpinan — semangat Lasminingrat mengalir sebagai inspirasi.
Lasminingrat mengajarkan bahwa menjadi perempuan bukan berarti lemah, tetapi
mampu berdiri sejajar dalam tanggung jawab dan pengabdian. Seperti Lasminingrat
yang berani menulis dan mendidik di tengah keterbatasan, para Pramuka putri MAN
Matim pun bertekad untuk terus belajar, berkarya, dan menjadi pelita di tengah
masyarakat.
Harapan
di Balik Nama Lasminingrat
Pemilihan nama Lasminingrat untuk ambalan putri bukan hanya
bentuk penghormatan terhadap tokoh nasional, melainkan juga sebagai doa dan
harapan. Diharapkan setiap anggota Pramuka putri MAN Manggarai Timur memiliki
semangat yang sama — berani berpikir maju, menjunjung tinggi nilai-nilai moral,
serta berperan aktif dalam kemajuan bangsa.
Lasminingrat telah menyalakan obor ilmu di zamannya. Kini, obor itu berpindah tangan — menyala di hati para Pramuka putri MAN Manggarai Timur. Mereka adalah penerus semangatnya: perempuan tangguh, cerdas, dan berkarakter, yang siap mengabdi bagi masyarakat, agama, dan negara.
